Jumat, 12 April 2013

Euphoria atau Kebutuhan... Geliat Parpol Memburu Artis


Geliat Parpol memburu Artis (Euphoria atau Kebutuhan)

Masih ingat terpilihnya beberapa artis menjadi anggota DPR?, pernah kita mencoba menilai kinerja mereka? Apakah eksistensi peran mereka benar-benar ada atau hanya sebagai pelengkap saja dari Pemerintahan yang ada? Atau jangan-jangan kita apatis terhadap hal ini?

Belum lama ini salah satu parpol setelah meminang pengusaha kenamaan pemilik MNC Group (red-HT) sebagai anggota/kader, mereka kembali meminang dua orang artis, yakni artis senior Meriam Belina dan salah satu diva penyanyi pop Indonesia yakni Krisdayanti. Entah apa tujuannya. Meskipun keduanya belum berpengalaman di dunia politik, parpol ini langsung menjadikan kedua artis ini menjadi Wakil ketua Dewan Kehormatan Srikandi parpol, yang membawa tagline “muda, bersih dan amanah. Mereka berdua merasa terhormat dipinang oleh parpol ini, mereka juga ingin berkontribusi seperti para artis yang sebelumnya meramaikan pentas dunia politik. Sebelumnya Iis Dahlia dan Andre Hehanusa pun ikut terjun masuk ke partai ini dan mereka jadi bacaleg entah mewakili daerah mana, penulis mengakui bahwa elektabilitas partai ini cukup bersih dan baik, namun jika perekrutan anggotanya hanya mengandalkan artis yang belum berpengalaman justru akan menjadi momok yang menguntungkan atau justru merugikan bagi partai sendiri.

Dalam hal ini di tulisan sebelumnya, penulis menjabarkan bahwa Bapak guru bangsa (Tan Malaka) menjelaskan tentang konsep suatu Negara khususnya Indonesia, Ia menjelaskan bahwa Negara harus fleksibel, artinya ada sisi demokrasi yang harus diwujudkan. Namun menurut hemat penulis bahwa bukan nilai demokrasi yang berlaku saat ini, dimana demokrasi sekarang telah berubah dari nilai-nilai yang harus dipertahankan, demokrasi yang mulanya diartikan dengan “suara rakyat adalah suara Tuhan” namun sekarang  berubah menjadi “suara rakyat adalah suara syaithan”. Jadi dapat disimpulkan dalam hal ini demokrasi yang dimaksud adalah demokrasi  yang memiliki batasan-batasan, dimana masyarakat tetap bisa menyampaikan aspirasi dan melakukan aktifitas politik, sementara pemerintah memberi batasan hingga sejauh mana masyarakat bisa masuk ke dalam arena politik. Bisa disimpulkan demokrasi yang berlaku sekarang adalah semua person bisa memasuki dalam dunia politik dan menjadi politisi.

Padahal kita ketahui bersama, jika semua elemen masyarakat masuk dan terjun dalam politik justru akan memperpecah konsep dari Negara itu sendiri. Dimana semua individu mempunyai kepentingan masing-masing yang justru menjadikan dikotomi kekuasaan yang akhirnya satu sama lain saling menjatuhkan, yang kemudian demokrasi tidak lagi berjalan untuk mewakili aspirasi dari rakyat, tidak lagi berupaya untuk kepentingan sosial namun demokrasi menjadi sebuah jalan untuk memperebutkan kekuasaan. Kita ketahui bersama politik saat ini menjadi cara untuk mendapatkan kekuasaan, tidak sedikit para artis yang ikut terjun ke dalam dunia politik, baik dia berangkat dari partai politik maupun independen yang masuk ke dalamnya. Hal ini makin memperkuat bahwa demokrasi yang berjalan saat ini tidak lagi berjalan secara sehat, dunia politik yang mulanya sebuah dunia profesionalitas berubah menjadi dunia oportunis yang dipenuhi para artis yang tidak sedikit dari mereka tidak mengerti tentang politik. Padahal sudah seharusnya orang-orang yang ingin terjun ke dalam dunia politik tidak mau tidak harus mempunyai pengalaman minimal dalam bidang hukum dan politik. Konsep demokrasi yang digagas oleh Tan Malaka menganjurkan agar semua person tidak terjun dalam dunia politik. Menurutnya tak ada masalah terkait partai dan pemilu, namun tetap harus ada batasan-batasan bahwa hal yang harus didahulukan adalah kepentingan sosial dengan tidak menjadikan kepentingan individu masuk ke dalam dunia politik.

Ketika teman-temanku ditanya soal parpol yang berburu artis atau sebaliknya ada yang menjawab kurang-lebih demikian, Dalam beberapa hal yang utama mungkin bagi mereka nama dan dana, lagipula tidak mungkin mereka ditawari iming-iming biasa, wong dunia artis lebih banyak menhasilkan duit.

Ada juga yang menjawab bahwa keduanya sah-sah saja dalam dunia perpolitikan. Terkait parpol yang memburu artis, hal ini tentu berkaitan dengan pencitraan, dan itu satu hal yang wajar dan tidak haram dalam perpolitikan, sebaliknya ia juga menanggapi artis yang terjun ke politik itu boleh-boleh saja, konstitusi pun membolehkan warganya turut serta dalam pemerintahan dan diakomodir dalam UU HAM mengenai hak berpolitik, selama dia seorang yang kredibilitasnya tinggi, kapabilitasnya dan kompetensi di bidangnya. Ia jua menegaskan bahwa parpol punya hak untuk memburu siapapun yang dapat meningkatkan elektabilitas partainya. Yang menentukan siapa yang bakalan masuk dalam pemerintahan? Ya masyarakatnya yang harus memilih secara cerdas atau sebaliknya.

Ketika ditanya tentang batasan dalam demokrasi di Negara ini, ia dengan lantang menegaskan bahwa itu bukan demokrasi konstitusional seperti yang ada saat ini, kalau ada batasan itu jelas demokrasi otoriter. Pun jua ketika ditanyakan tentang peran parpol memberi pendidikan politik itu agak susah, karena tidak sedikit juga masyarakat yang apatis terhadap politik, melihat saking banyaknya conflict of interest di Negara Indonesia tercinta ini, ia menegaskan bukan hanya parpol namun juga Negara mempunyai peran urgen dalam hal ini.  

Adapula yang mengatakan bahwa memang keadaannya seperti itu, a da yang benar-benar kompeten di bidangnnya, niat yang mulia, tapi beberapa bahkan major mungkin niat utamanya sudah terdistorsi niat beradaptasi di dunia modern. (Uang, uang, dan uang).

0 komentar:

Posting Komentar

Reaksi

Labels

 
;