Mungkin cerita ini belum berlangsung lama, sore tadi kampus kembali geger dengan aksi mahasiswa yang menuntut untuk menurunkan rektorat karena tak tegas dalam mengambil sikap terkait permasalahan pemilwa. Berniat mencari maslahah justru menimbulkan masalah yang membuncah. Tuntutan yang tak didengarkan justru menimbulkan amarah massa dari Aliansi Partai Mahasiswa, kampus rakyat justru dikenal dengan anarkisme-nya, padahal belum lama ini citra baik kampus berlabel UIN baru diperkenalkan, perjuangan para mahasiswa dalam Debat Konstitusi tak digubris, moral yang kian terkikis, pemilwa yang penuh dengan diksi politis justru menampakkan nilai anarkis, bengis, dan kadang gak logis.
Menurut hemat kami, Ini semua karena kurangnya pendidikan dalam berpolitik. Sudah seharusnya kampus memberikan pendidikan politik kepada mahasiswanya, sudah seharusnya kampus melibatkan mahasiswa dalam setiap kebijakannya, agar tak lagi ada perlakuan seperti ini, ingin dihargai ya harus menghargai, kritis boleh namun tetap mengedepankan nilai akademis, bukan dengan gerakan anarkis merusak fasilitas Negara, mengganggu kegiatan belajar mengajar, dengan sikap yang terkadang kurang ajar. Padahal ada embel-embel Islam namun berbanding terbalik dengan kampus lainnya yang kesannya masih lebih baik mereka yang berpaham komunis, mereka justru lebih mengedepankan nilai sosialis.
Di satu sisi tuntutan yang dilakukan APM tak ada hasil, pun jua rektorat yang sudah terlanjur fasilitasnya terusak oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab, tangan yang lempar batu sembunyi tangan, tangan yang diam ketika diminta pertanggung jawaban. Banyak pemimpin saat ini lebih mengedepankan percaya diri tinimbang tahu diri, yang ada justru menang jadi arang kalah jadi abu, keduanya sama-sama rugi. Pihak rektorat yang melibatkan satpam kampus guna menghadang aksi massa yang sweeping ke area rektorat justru terlibat baku hantam, masing-masing kedua pihak terdapat korban, entah apa maunya, entah siapa yang memulai. Ketika ditanyai masing-masing menjawab bahwa pihaknya yang benar, mereka lagi-lagi bersikukuh dalam kebeneran pribadi, yang ada malah sakit hati, mereka menang kalahpun sama-sama menderita. Teringat peribahasa selain diatas, bahwa Raja Adil Raja Disembah, Raja Lalim Raja Disanggah adalah pemerintah yang bersifat adil akan dipatuhi, sedangkan jika pemerintah sewenang-wenang terhadap rakyatnya akan dilawan. Dan ini yang terjadi di kampus putih, kampus perlawanan, apa-apa yang bertentangan dengan kebijakan yang menindas mahasiswa pasti akan dilawan, namun car melawan yang salah justru menimbulkan masalah, padahal berniat tuk mendapatkan maslahah. dan beginilah kesimpulannya, mencari maslahah menimbulkan masalah. Semoga mahasiswa kita semua tetap kritis dan idealis namun tetap mengedepankan nilai akademis, tidak semua masalah harus diselesaikan dengan aksi anarkis, perlakuan yang bengis, karena masalah bisa diselesaikan dengan dunia tulis menulis.
Karena seribu tentara tak ada artinya dibanding sebuah tulisan yang tajam menggelora (Adolf Hitler).
;
0 komentar:
Posting Komentar
Reaksi