Jumat, 12 April 2013

Bambang versus Brambang


Tulisan ini terinspirasi karena berita-berita di televisi yang saya tonton dan beberapa surat kabar yang saya baca.

Kau masih ingat kasus daging impor sapi, kasus TNI vs POLRI dan kasus korupsi yang engkau elu-elukan tiap hari-harimu? Teriaknya kepada Bambang, ya kali ini si Brambang meneriaki Bambang saat ia menyepelekan hal-hal yang justru mempunyai peran urgen dalam kebijakan pemerintah yang ia ambil. Brambang berteriak “yes aku berhasil memalingkanmu untuk lebih perhatian kepadaku, kau baru sadar aku punya peran penting dalam hidup ini” hah?

Setelah menjadi momok yang selalu menakuti bawang putih, kini justru Brambang bersahabat dengannya, ia tak lagi mementingkan siapa yang paling dicintai ibu-ibu rumah tangga, pedagang sayur, dan penjual penyetan, hingga pemerintah. Dan kini jelas Brambang berkomplot dengan si putih untuk melawan rezim si Bambang,  ia bilang kepada bawang putih kalau kamu berani menaikkan harga jualmu, kenapa aku tidak?.

Miris memang saat mengetahui kedua bawang ini tiap hari harganya makin melonjak, mencekik para ibu-ibu rumah tangga, pedagang sayur dsb. Di lain sisi memang ini amat sangat menguntungkan bagi para petani bawang, khususnya Brebes yang terkenal dengan Brambangnya. Tapi di sisi lain bisa jadi ini permainan para petani ekslusif, (red:petani=pengusaha besar) Para petani desa pun ikut meneriakkan hak-haknya, “hai Bambang mengapa kau menyalahkan kami? Bukankah kau yang inginkan pembatasan barang-barang yang berbau impor? Bukankah ini kebijakan yang kau ambil? Tak tahu mengapa semua pihak memprotes, melawan rezim si Bambang yo (red:SBY), mungkin lebih karena ia selalu menjadikan rakyat sebagai korban dari kebijakan pemerintah yang salah.

Di Jakarta harga brambang menyentuh angka 50rb rupiah/kilogram, sedangkan si putih mencapai 100rb rupiah/kilogramnya, di Jogja brambang menyentuh angka 60rb rupiah/kg. Dan saat kami kau anggap tak pernah ada, saat kau lebih mementingkan korupsi daging sapi, tomat dan cabe, kini kau tiba-tiba menggugat kami, kau salahkan kami saat kau tak pernah mau menanam (memproduksi) sendiri, giliran kami meraup keuntungan besar, kalian bilang petani Brambang mendzholimi pemerintah. Terus dimana pemerintah saat kami merasakan kegagalan panen, saat kami kalah karena ulahmu yang lebih mengandalkan barang-barang impor, ulah kita yang lebih mementingkan fluktuasi harga barang-barang elektronik seperti (i-pad, gadget, computer, laptop, dsb) dimana kalian semua? Saat kami dianggap tak pernah ada? Kini saat kami datang mencekik, kalian tiba-tiba datang berteriak dan meminta maaf kepada kami, minta maaflah kepada mereka yang selalu mengurusi kami saat kami dianggap hal yang sepele, tapi jangan pernah sekalipun kau meminta maaf kepada si Bambang yo (red:SBY).

Semoga kita sadar dan tidak pernah menyepelekan hal-hal yang justeru mempunyai perang yang sangat urgen dalam kehidupan ini. Mungkin ini imbas dari kemarahan bawang putih kepada brambang yang selama ini menyakitinya, kini ia membuktikan bahwa ia lebih pedih daripada brambang. [el-fath]

       

                                                        Yogyakarta, 14 Maret 2013

0 komentar:

Posting Komentar

Reaksi

Labels

 
;