Jumat, 12 April 2013

Aaaaarrgggghh


Aaaaarrrrrrgggghhh ………………..

Cerita sobat karibku yang sedang fokus mengurus skripsinya. Ia bilang hari ini calon imamnya dan orang tuanya datang ke rumah, dan Alhamdulillah kita sudah menentukan tanggal pernikahan kita, lha aku kapan aku mulai memberanikan diri lagi untuk mengkhitbah pujaan hati, setelah kejadian dulu, justeru aku malah ditinggal menikah untuk kedua kalinya, rasanya semakin hancur lebur hati ini, ya hancur berkeping-keping, Bolehkah aku bercerita? Mula-mula ia sekedar hanya ingin tahu atau mungkin sok akrab denganku, tanya sana-sini, ini-itu, dan kini ia mulai berani mengungkapkan perasaan itu, aku menghargainya, entah karna rasa yang sama atau sekedar tak ingin membuatnya sakit, apakah aku PHP-in dia atau apa istilahnya aku pun tak tahu….

Apakah ia benar-benar yang Tuhan telah pilihkan untukku? Tapi aku tak pernah merasa seperti yang dulu aku rasakan kepadanya, pada seorang putri yang biasa aku panggil Bulan, tak tahu mengapa, rasanya ini rasa yang salah, aku tak pernah sedikitpun merasa ada keharusan untuk merebut hatinya seperti yang kurasa dulu, mengapa ini terjadi lagi? Bukankah itu hanya kamuflase? Apakah memang sudah takdir bagiku yang hanya bisa mencinta, tanpa untuk dicinta? Berjuta Tanya kembali hadir di kepala yang rasanya semakin pecah….

Tak terasa sudah setengah abad menjalani kehidupan ini, tak terasa sudah tiga tahun menginjakkan kaki di Jogjakarta. Begitu banyak pengalaman dan pertemanan baru kualami, aku tak merasa dapat apa-apa, dari enam semester ini belum banyak yang aku dapat, aku belum bisa bahagiakan wali yang telah biayai kuliahku selama ini, belum bisa bahagiakan orang tua yang selama ini menyebutku dalam lantunan do’a yang tulus mereka panjatkan kepada-Nya untukku. Aku masih tertipu dengan perasaan sendiri, merasakan sedih berkepanjangan.

Tapi setidaknya aku tahu, cinta sejatinya selalu seperti uang logam yang memiliki dua sisi dan semuanya saling berkesinambungan, saling melengkapi, aku tak mau lagi memberikan janji manis namun palsu, tak ingin lagi untuk benar-benar yakin bahwa kau terbaik untukku, bahkan bertemu sekali pun tak pernah, kita hanya dipertemukan lewat foto dan suara, dan kita tak pernah tahu karakter dan perasaan masing-masing. Cinta datang tidak tiba-tiba. Karena itu jelas bukanlah cinta melainkan nafsu semata yang tak pernah tahu batasan etika, batasan norma yang ada. Aku paham ini memang baik, apalagi pacaran setelah menikah, namun sebelum menikah ijinkan aku mengkhitbah dengan caraku sendiri, jangan kau debat aku dengan caramu, bahkan satu pendapat saja kita tak tak pernah se-iya sekata. Lalu kau yakin ini cinta, setelah kau ungkapkan semua, pertemuan sepintas lewat dunia maya kau menilaiku dengan cara seperti apa? Semua yang kamu ungkapkan jelas hanya rasa ingin dimanja dan ingin diperhatikan, bukan karena untuk menjadi ma’mumku. Aku pun tak pernah tahu rasa apa yang ada dalam benakku ini, benarkah cinta? Atau hanya sekedar rasa kasihan belaka? Tak tega melihat kau seperti ini, tak tega melihat engkau disakiti melulu, ini jelas rasa kasihan, rasa bukan karena cinta, namun lebih karena saying seorang kakak kepada adiknya, tidak lebih-tidak kurang. Aku tak pernah merasakan hal yang lebih kepadamu, tak pernah sedikitpun……….

Maafkan aku….

 

0 komentar:

Posting Komentar

Reaksi

Labels

 
;