Aaaaarrrrrrgggghhh
………………..
Cerita sobat
karibku yang sedang fokus mengurus skripsinya. Ia bilang hari ini calon imamnya
dan orang tuanya datang ke rumah, dan Alhamdulillah kita sudah menentukan
tanggal pernikahan kita, lha aku kapan aku mulai memberanikan diri lagi untuk
mengkhitbah pujaan hati, setelah kejadian dulu, justeru aku malah ditinggal
menikah untuk kedua kalinya, rasanya semakin hancur lebur hati ini, ya hancur
berkeping-keping, Bolehkah aku bercerita? Mula-mula ia sekedar hanya ingin tahu
atau mungkin sok akrab denganku, tanya sana-sini, ini-itu, dan kini ia mulai
berani mengungkapkan perasaan itu, aku menghargainya, entah karna rasa yang
sama atau sekedar tak ingin membuatnya sakit, apakah aku PHP-in dia atau apa
istilahnya aku pun tak tahu….
Apakah ia
benar-benar yang Tuhan telah pilihkan untukku? Tapi aku tak pernah merasa
seperti yang dulu aku rasakan kepadanya, pada seorang putri yang biasa aku
panggil Bulan, tak tahu mengapa, rasanya ini rasa yang salah, aku tak pernah
sedikitpun merasa ada keharusan untuk merebut hatinya seperti yang kurasa dulu,
mengapa ini terjadi lagi? Bukankah itu hanya kamuflase? Apakah memang sudah
takdir bagiku yang hanya bisa mencinta, tanpa untuk dicinta? Berjuta Tanya
kembali hadir di kepala yang rasanya semakin pecah….
Tak terasa sudah
setengah abad menjalani kehidupan ini, tak terasa sudah tiga tahun menginjakkan
kaki di Jogjakarta. Begitu banyak pengalaman dan pertemanan baru kualami, aku
tak merasa dapat apa-apa, dari enam semester ini belum banyak yang aku dapat,
aku belum bisa bahagiakan wali yang telah biayai kuliahku selama ini, belum
bisa bahagiakan orang tua yang selama ini menyebutku dalam lantunan do’a yang
tulus mereka panjatkan kepada-Nya untukku. Aku masih tertipu dengan perasaan
sendiri, merasakan sedih berkepanjangan.
Tapi setidaknya
aku tahu, cinta sejatinya selalu seperti uang logam yang memiliki dua sisi dan
semuanya saling berkesinambungan, saling melengkapi, aku tak mau lagi
memberikan janji manis namun palsu, tak ingin lagi untuk benar-benar yakin
bahwa kau terbaik untukku, bahkan bertemu sekali pun tak pernah, kita hanya
dipertemukan lewat foto dan suara, dan kita tak pernah tahu karakter dan
perasaan masing-masing. Cinta datang tidak tiba-tiba. Karena itu jelas bukanlah
cinta melainkan nafsu semata yang tak pernah tahu batasan etika, batasan norma
yang ada. Aku paham ini memang baik, apalagi pacaran setelah menikah, namun
sebelum menikah ijinkan aku mengkhitbah dengan caraku sendiri, jangan kau debat
aku dengan caramu, bahkan satu pendapat saja kita tak tak pernah se-iya sekata.
Lalu kau yakin ini cinta, setelah kau ungkapkan semua, pertemuan sepintas lewat
dunia maya kau menilaiku dengan cara seperti apa? Semua yang kamu ungkapkan
jelas hanya rasa ingin dimanja dan ingin diperhatikan, bukan karena untuk
menjadi ma’mumku. Aku pun tak pernah tahu rasa apa yang ada dalam benakku ini,
benarkah cinta? Atau hanya sekedar rasa kasihan belaka? Tak tega melihat kau
seperti ini, tak tega melihat engkau disakiti melulu, ini jelas rasa kasihan,
rasa bukan karena cinta, namun lebih karena saying seorang kakak kepada
adiknya, tidak lebih-tidak kurang. Aku tak pernah merasakan hal yang lebih
kepadamu, tak pernah sedikitpun……….
Maafkan aku….
0 komentar:
Posting Komentar
Reaksi