Yogyakarta, 17 Januari 2013
Setetes cinta yang tertawan Dan benih
kasih yang tersipu. Berbalut asa dan doa. Cinta bukan hanya rangkaian dua hati
bukan pula pertautan dua jiwa. Namun ia
adalah pertanggungjawaban. Hingga tibalah tiupan ruh Jadilah,... Maka jadilah
kamu!
Adindaku
terkasih,... ^_^
Tak
ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi di depan nanti. Bahkan ketika
kedipan mata serta hembusan nafas yang keluar dari tubuh fana hilang dihisap
oleh alam sekitar. Kita tak pernah tahu apakah masih ada kesempatan untuk
sekali lagi mengedipkan mata. Bahkan kita tak bisa menjamin pada diri sendiri
untuk sekedar bisa menarik nafas yang sama pada detik berikutnya, kecuali hanya
dengan izin Sang Empunya hidup hingga Allah Subhaanahu wa ta'ala memberikan iradah-Nya.
Dan sesungguhnya, takdir jualah yang telah menuntun kita dan mempertemukan kita
hingga di titik ini. Maka begitulah yang telah terjadi di saat itu. Masa- masa
di mana benih cinta kita akan dipersatukan dalam sebuah ikatan yang sakral,
ikatan bentuk pengejawantahan cinta hakiki, yakni ikatan pernikahan. Hingga
Allah Subhaanahu wa ta'ala pula yang telah menciptakan dan menumbuhkembangkan
benih suci dari buah kasih itu bersama hujan cinta-Nya. Kemudian kau telah
mengalami suatu masa disaat semua menjaga
serta merawatmu dari detik ke detik dalam pelukan rahim kasih sayang. Lalu
waktu pun terus berlalu sampai tiba sebuah hari saat semua orang di sekeliling
berharap-harap cemas saat menantikan kehadiranmu. Adindaku kini kau telah
beranjak dewasa sama seperti diriku, Semoga pertemuan ini selalu menjadi nikmat
bagiku dan berkah bagi kita semua.
Pagi
ini tak seperti biasanya, kali ini langit menggambarkan mentari seakan ingin
memuntahkan siluet-siluet cahaya, bertaburan menerangi alam ini yang telah lama
tak merasakan hangat sinarnya. Tepat jarum jam tangan menunjukkan arah angka
08.00, Schedule mengikuti seminar Internasional tak kusia-siakan, tinimbang
berdiam diri di kamar tak ada kerjaan, niatanku ba’da dzuhur nanti datang ke
PKSI untuk menanyakan password Gerbang Wi-fi UIN yang aku lupa, karena tak
pernah memakainya, tapi syukur semua terlewati begitu mudahnya, lewat telephone
aku selesaikan masalah itu tanpa harus repot datang ke PKSI. Di kampus aku berpapasan dengan temanku cewek
yang bermobilitas tinggi, cukup perfect dalam bidang keilmuan, mungkin karena
lebih sering baca buku, berita pun aktual tak pernah ketinggalan, satu hal yang
diingat dia nge-fans berat sama Dekan FSH. Seiring berjalannya waktu, pagi pun
berubah menjadi siang, tapi satu hal yang tak bisa dilupakan, kali ini langit
tak lagi memancarkan cahaya kedamaian, kali ini langit mendung, awan pun tertutup
oleh kabut yang memang sengaja menutupi dan enggan berpindah dari tempatnya.
Suasana langit pun berubah, seakan memuntahkan percikan-percikan hujan yang tak
mampu dibendung oleh benda apapun. Hujan pun turun tak terelakan lagi, tepat saat
adzan sholat dzuhur berkumandang, akupun bergegas meninggalkan segala pekerjaan
guna memenuhi panggilan suci, pangilan yang menggetarkan jiwa dalam dada, senantiasa
memperbanyak do’a dan dzikir kepadanya, meminta semoga Adinda memang benar
jodohku dan tak akan tertukar lagi, mengharap kita terikat dalam ikatan suci
yang menggabungkan dua jiwa, mempertautkan dua hati dalam ikatan cinta sejati,
bernama Pernikahan. Aku berharap tahun depan kau sudah siap, bukan karena
mementingkan egoku, aku tetap ingin kau menjadi seorang Hafidzah dan tak akan
kuhalangi niat tulusmu dalam menghafal Al-qur’an, Semoga kita tak pernah
kehilangan kepercayaan dan komitmen dalam Long distance relationship ini …….
Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar
Reaksi