Yogyakarta 16 Januari
2013,
Cuaca siang
kali ini melukiskan apa yang kurasa, panas berkalut mendung seakan langit ingin
menumpahkan air hujan ke bumi ini, seperti biasa jika liburan semester telah
tiba, apa yang kutakutkan terjadi lagi, padahal baru kemarin rasanya berkumpul,
bersenda gurau bersama, mengitari kota Yogyakarta menuju Klaten. Belum hilang
memori indah hari kemarin. Tapi kini kesendirian hanyutkanku dalam sebuah
lamunan. Aku rasa malam ini tak seindah malam kemarin. Sapu batinku meluruh, tatapmu
sekilas dan sungguh, bersama engkau aku hanya kepala tanpa rencana, telanjang
kata-kata, Sunyi……
Sempat
terucap dalam hati “teman sejati menangis ketika Anda tinggalkan,
sementara teman-teman palsu meninggalkanmu ketika Anda menangis” sebuah
kalimat yang berarti jawaban apa yang ada dalam hati dan pikiran. Satu persatu
mereka bebas datang dan lebih bebas lagi pergi, tak ada alasan melekat untuk
kau mengikatnya apalagi untuk mengguruinya, mereka bebas tentukan akal dan
pikirannya sendiri meski terkadang ada sesak dalam dada, mereka mendekat saat kita dibutuhkan, mampir sesaat dalam
ingatan saat kita berikan sebuah keuntungan. Pagi ini banyak sekali aku membuat
schedule untuk hari ini, berharap tidak ada lagi waktu yang terbuang sia-sia,
tapi apa mau dikata hari ini tidak sejalan dengan schedule yang aku miliki.
Ketika adzan dzuhur berkumandang datanglah seorang teman mengajakku untuk pergi
ke sebuah tempat pemancingan, “moro seneng” nama tempatnya berlokasi tidak jauh
dari kampus di daerah Babarsari. Tanpa berfikir panjang langsung aku iya-kan
ajakan temanku dan kukirim sms ke
teman-teman lainnya yang isinya ajakan pergi refreshing otak. Saat itu kami
berjumlah 9 orang (7 laki-laki dan 2 perempuan), setibanya di lokasi dengan
sergapnya kami langsung menuju tempat sewa alat pancing dan segera menuju
sungai dan tambak yang tersedia, banyak ikan yang kami dapatkan sekitar 20-an
ekor namun karena jumlah uang yang pas-pasan kami hanya mengambil 9 ekor menyesuaikan dengan jumlah orang yang hadir.
Satu hal yang kuingat tak satupun ikan yang kudapat padahal seringkali datang
kesana dengan agenda yang sama “memancing” namun kali ini aku merasa gagal
karena tak satu ekorpun kudapat apakah ini buah kesialanku atau memang aku tak
bakat dalam hal memancing ikan tapi lebih bakt memancing emosi. Hehe…….
Setelah
kami merasa sudah cukup, kami langsung antar ikan menuju dapur untuk dibakar.
Terucap dalam hati “2,5 kg (dua setengah kilogram)” jumlah yang cukup untuk
kami sembilan sahabat dengan program studi yang berbeda-beda, walaupun tidak
sedikit prodi kami Ilmu Hukum lebih mendominasi baik dari kuantitas pada waktu
itu apalagi bicara kualitas untuk makan dalam porsi yang besar khususnya aku.
Kala sore tiba pun jua bersamaan datangnya hujan yang cukup begitu deras dan memaksa
ikan muncul dari dalam peraduan kolam. Sempat bergumam dalam hati mengapa saaat
mancing tadi tak satupun ikan yang mendekati kail pancingku. Apakah karena
kurang pengalaman atau memang karena ikan tahu kegalauan hati ini yang tak
pernah berhenti sejak pagi tadi.
Mas-nya
minum apa? Mbak² penjual membuatku sadar dari ketermanguanku karena
pertanyaannya. Dengan gugup aku menjawab es-teh ya mbak. Setengah jam berlalu,
tak terasa makanan dan minuman pesanan kami datang diantarkan ke tempat kami
bercengkrama bertepatan dengan meredanya hujan, tanpa aba-aba dengan cepat
semua mengambil piring satu persatu kemudian memilih ikan yang paling besar. 20
menit kemudian semua yang telah kami pesan habis, tersisa satu centong nasi dan
satu cup sambel bawang yang pedasnya bisa disebut sambel setan dan membuat
manusia yang memakannya tobat akan sambel tersebut. Terlintas dalam hati
setelah semua lapar berubah menjadi kenyang kami bergegas pulang karena hujan
pun sudah reda. Setelah semua selesai aku menuju kasir tuk meminta bon makan,
rasa takjub melihat harga yang tertera dalam bon seraya berkata “amazing buat
hari ini sekali makan 15rb rupiah” seakan hati menolak tapi apa mau dikata yang
dipesan sudah habis dimakan, kepalaku pusing tak karuan melihat uang di dompet
pas-pasan. Bagaimana dengan uang bulananku? Yang kuingat hanya tersisa 100ribu
di ATM, mana baru pertengahan bulan !!! Haisshhh bagaimana solusinya? Sedikit
penyesalan dalam dada tapi tak apa nasi sudah menjadi bubur, let’s gone be by
gone’………..
Setibanya
di kost, teringat pakaian yang ku rendam pagi tadi belum aku cuci… semakin
malas saja jalani hari ini, tapi tak apa semoga semua ada hikmahnya, Aamiin…..
Dengan cepat ku bergegas menuju kamar mandi karena teringat belum melaksanakan
kewajiban sholat Ashar, seusai sholat kulanjutkan mencuci pakaian yang kurendam
pagi tadi yang tak mungkin aku bawa ke laundry langgananku. Satu jam kemudian
semua pakaian sudah kucuci, hanya tinggal menjemurnya. Selesai menjemur,
kulihat ada seorang gadis lewat depan kost-ku tersenyum ia menatapku, dalam
bathin berkata “ini cewek siapa? Kok nggak pernah lihat”. Kulihat raut wajahnya
putih merona, bukan karena bedak kosmetiknya, aku yakin seyakin-yakinnya. Raut
wajah yang natural, bercahaya, dalam benak hati berkata: mungkin karena
“dawaamul wudhu” (membiasakan berwudhu) jadi putih bercahaya bak seorang
bidadari turun dari surga. Sore itu kesetiaanku kembali diuji oleh-Nya apakah
aku tetap setia dengan adinda di Banten sana, ya Allah ampuni hamba-Mu ini….
Jika ia jodohku maka jodohkanlah, jika ia tidak berjodoh denganku semoga Engkau
berikan ia yang lebih baik dari hamba-Mu yang penuh dosa ini, berikan ia yang
terbaik dan selalu membuatnya bahagia. Aamiin…. To be Continue
0 komentar:
Posting Komentar
Reaksi